Memilih Burung Kacer

Memilih Burung Kacer

Memilih Burung Kacer
























Ada beberapa hal penting yang harus Anda perhatikan dalam memilih bahan atau bakalan burung Kacer.
                                
1.Berkelamin jantan, ciri-ciri burung Kacer jantan dapat dilihat warna bulu hitam yang tegas mengkilap dan kontras.
2.Bentuk paruh, sebaiknya pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Paruh bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok. Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.
3.Kepala berbentuk kotak, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung ini mempunyai mental tempur yang baik.
4.Postur badan, pilihlah bahan yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
5.Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut  sehat. Pilihlah Kaki yang besar dan terlihat kering. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
6.Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
7.Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.

Untuk mendapatkan kacer  yang berkelamin jantan, ada beberapa kriteria yang bisa jadi patokan:
                                
1.Pilih yang matanya besar dan menonjol.
2.Amati cara berdiri, pilih yang berdiri dengan tegak.
3.Carilah kacer yang bentuk paruhnya tebal dan lancip seperti bentuk buah belimbing. Kacer seperti ini diyakini mempunyai suara yang keras.
4.Pilih yang bentuk bodinya panjang dan bentuk kepala datar.
5.Kacer berkelamin jantan diyakini mempunyai warna yang lebih tegas dan gelap dibanding warna bulu pada betina.
6.Body kacer  betina cenderung bulat dari bagian antara leher dengan dada hingga perut membentuk huruf "C") sedangkan kacer jantan lebih rata.
7.Carilah kacer warna bulu putih dikedua pipinya lebih sedikit. Kacer seperti ini biasanya mental tempurnya lebih bagus.

Semua kriteria diatas hanya berlaku untuk kacer yang belum bunyi, baik ngeriwik maupun ngeplong.

Memilih Bakalan Burung Tledekan

Memilih Bakalan Burung Tledekan

Memilih Bakalan Burung Tledekan



















Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan atau bakalan pada burung Tledekan:

Ciri fisik:
1.Berkelamin jantan, dapat dilihat warna bulu yang tegas mengkilap dan kontras.
2.Bentuk paruh pilih yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Mirip seperti paruh bebek. Paruh bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok. Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.
3.Kepala berbentuk besar, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung mempunyai mental tempur yang baik.
4.Postur badan, pilih yang sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
5.Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan burung  sehat. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
6.Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
7.Panjang ekor yang serasi dengan postur badan. Dengan ciri ini mempunyai peluang besar untuk mendapatkan gaya tarung yang nyengklek.
8.Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal.
9.Warna bulu pilih yang cerah, biru dan merah batanya jelas, tidak kusut. Bila warna kusam, berarti asupan makanannya kurang bergizi dan dapat menandakan burung tersebut bermental atau dalam kondisi tidak baik.
10.Sorot mata tajam dapat mencirikan bahwa Tledekan bermental baik, dan sehat. Sebaiknya jangan dipilih burung yang bermata sayu karena dapat mencirikan bahwa mental burung tersebut lemah atau burung tersebut dalam keadaan kurang sehat.
11.Tidak cacat terutama di bagian kaki, dan bagian sayap. Bagian tersebut harus mendapatkan perhatian khusus karena banyak dari tledekan yang ditangkap masih menggunakan jerat atau diganggu hama waktu kecil.

Mental:
1.Rajin berkicau dan ngriwik.
2.Penampilan tenang, tegak atau menyerang bila diadu dengan tledekan lain sambil mengeluarkan suara andalannya.
3.Bila  didekati manusia, tidak takut tetap ngriwik atau berkicau dengan jarak 30-100 cm.

Suara:
                                                                                                
1.Cari suara yang tajam, kencang, bening, ngerol, ngeropel, dengan kecepatan suara rapat dan diakhiri dengan suara tembakan.
2.Rajin berkicau, napasnya panjang.
3.Suara  rapat, cepat, dan kencang.
4.Memiliki fibrasi atau alunan turun naik dan bergema.
Memilih Merpati Jagoan - EKicau

Memilih Merpati Jagoan - EKicau



Memilih Merpati Jagoan

















Memilih burung merpati jagoan, perlu kesabaran dan keyakinan. Beberapa tips berikut ini bisa Anda jadikan bekal saat hunting burung Merpati.                                                                                                                                                                               
1.Bentuk Kepala, menandakan tingkat kepandaian burung. Pilih yang memiliki kepala besar dengan batok kepala depan lebih tinggi dari batok kepala belakang alias nonong.
2.Bentuk Paruh, pilih yang runcing ujungnya, tidak terlalu besar dan tidak terlalu panjang. Pilih yang memiliki panjang dari ujung hidung sampai ujung paruh berjarak sedikit lebih pendek dari jarak pangkal hidung sampai batok kepala depan teratas.
3.Mata adalah senjata utama bagi merpati saat terbang tinggi. Pilih mata yang pupilnya berwarna hitam pekat dan responsif terhadap cahaya dengan membesar dan mengecil dengan cepat saat menerima perubahan rangsangan cahaya. Mempunyai cincin lingkar menempel pada biji mata yang biasanya berwarna hijau. Pilih merpati yang memiliki 2 warna mata, biasanya perpaduan antara kuning tua dengan kuning muda, merah tua-hijau tua, atau merah muda-putih.
4.Hidung merpati digunakan untuk menemukan jalan pulang. Pilih bentuk hidung yang besar, panjang dan menggembung. Hidung berbentuk seperti itu dengan warna kapur pekat dan pangkal hidung bagian bawah menjorok ke belakang biasanya bakalan unggul. Atau pilih bentuk hidung besar, panjang, melekat ke paruh dan berwarna kapur pekat serta terlihat garis samar sejajar berwarna kemerahan diseluruh bagian hidungnya, dan pangkal hidung bagian bawah menjorok kebelakang. Atau pilih bentuk hidung kecil, menggembung, bila mempunyai warna kapur pekat dan pangkal hidung bagian bawah menjorok kebelakang bakal menjadi burung handal.  Sementara bila pada pangkal hidung berbentuk lurus, burung jenis ini untuk bermain dirumah tidak membutuhkan jarak jauh untuk bisa terbang tinggi dan biasanya akan lama pulangnya, bila dilepas jauh, bahkan mungkin hilang.
5.Leher merpati adalah sarana utama bagi burung untuk metil/njungkel/nunjem/nenggel/thel. Pilih leher yg kuat dan jangan terlalu panjang dan sedikit lebih pendek dari tulang dadanya. Tulang leher yg kuat, tegak, kencang dan mendongak keatas.
6.Sayap adalah bagian merpati yang sangat vital. Pilihlah burung yang memiliki bahu sayap kuat dan lentur dengan bentuk bervariasi. Bulu sayap tebal, kencang, tidak bergelombang , ujung bulu meruncing dengan jarak satu bulu dengan yang lainnya merapat. Tulang bulu sayap mesti besar dan kuat, sedikit lentur pada ujung bulunya?dan  terlihat "mekongkong" saat dipegang. Jangan pilih sayap yang merapat ke badan.
7.Bentuk dada pilih yang berbentuk huruf V karena biasanya burung akan turun kencang dari arah manapun. Jangan pilih yang berbentuk O atau elip mendatar karena kalau turun agak condong dan kecepatan turun akan berkurang.
8.Tulang Dada pilih yang panjangnya sama atau sedikit melebihi telunjuk orang dewasa. Berbentuk seperti tanda ’centang’ dengan tulang dada menjorok kebelakang berbentuk jantung. Burung seperti ini akan turun dengan anteng dan tidak goyang. Atau pilih yang berbentuk seperti perahu dengan "cekelan"padat berisi, burung pun akan turun sambil "nggenjot-nggenjot."
9.Sapit Udang. Ketebalan dan kekuatan sapit udang mempengaruhi turunnya merpati. Merpati dengan sapit udang rapat biasanya memiliki kemampuan turun yang pelan. Sementara dengan sapit udang berjarak sempit, kira 0,5-1cm kemampuan turunnya, goyang-goyang.  Dan dengan jarak  sapit udang  lebih >1cm, kemampuan turun tenang and tidak goyang, didukung ukuran brutu dan bentuk ekornya. Burung yang memiliki sapit udang bengkok, kecepatan turunnya akan berkurang.
10.Pinggang/Brutu mempengaruhi keseimbangan burung. Pinggang burung dengan brutu kecil rapat, akan memiliki tipe turun anteng dan tidak goyang. Sementara brutu besar rapat, akan memiliki tipe turun goyang.
11.Kaki. Pilih yang merit, garing atau terlihat "mbesisik" dan panjang baik kaki maupun jarinya dan saat dipegang posisi kaki menjorok atau mendorong kebelakang sejajar dengan arah ekor.
Cara Mencegah Burung Sakit - EKicau

Cara Mencegah Burung Sakit - EKicau

Mencegah Burung Sakit










Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga untuk keseharan burung peliharaan Anda. Apalagi pengobatan pada burung lebih sulit daripada mamalia. Untuk itu, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini saat merawat dan menjaga kesehatan burung kesayangan Anda.                                                                                                                                
1.Burung harus dijauhkan dari kondisi-kondisi penyebab stres, misalnya populasi yang terlalu padat di dalam sangkar atau kemungkinan ada burung yang terlalu dominan.
2.Jaga sangkar burung dari serangan tikus dan burung gereja, jangan sampai keduanya bisa masuk ke dalamnya. Oleh karena itu, buat ukuran kawat sangkar yang cukup rapat dengan jarak tidak lebih dari 2 cm.
3.Burung harus dihindarkan dari kondisi alam atau cuaca yang terlalu ekstrem, seperti kepanasan atau kedinginan.
4.Berikan suplemen vitamin dan mineral secara teratur pada pakannya.
5.Jaga kebersihan sangkar berikut tempat pakan dan minum burung.
6.Pakan yang diberikan harus dalam kondisi dan kualitas yang baik.
7.Periksa kondisi burung minimal dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.
Cara Membawa Burung Di Perjalanan - EKicau

Cara Membawa Burung Di Perjalanan - EKicau

http://www-e-kicau.blogspot.com/ 

Anda beberapa hal yang perlu Anda perhatikan saat membawa burung dalam perjalanan. Burung harus nyaman dan terhindar dari stres.
1.Suhu badan burung sangat tinggi, kurang lebih 40°C. Pada waktu sakit suhu badan burung dapat dengan drastis menurun. Oleh karena itu, saat membawa burung, sangkar harus ditutup dengan kain atau koran. Apabila mobil dilengkapi alat penghangat, hangatkan dahulu ruangan atau kabin mobil. Selama dalam perjalanan sebaiknya tidak membuka jendela juga tidak menghidupkan AC.
2.Burung jenis besar yang sudah jinak dapat dibawa di luar sangkar, tetapi tetap harus dilindungi dengan penghangat misalnya jaket atau handuk.
3.Burung jenis  kecil  dapat dibawa  di  dalam  kotak sepatu tetapi tetap dilindungi dengan penghangat seperti poin nomor 2.
4.Sediakan pakan di dalam sangkar. Untuk pemakan serangga, sediakan kroto atau jangkrik letakkan dalam wadah yang ditali kencang di kardus atau bisa juga ditebarkan di bagian pinggir sangkar. Untuk pemakan buah, berikan pisang atau buah lain yang relatif tidak berair.
5.Sebelum burung diberangkatkan, perlu diberi tambahan multivitamin yang akan mengurangi tingkat stres burung dan menambah daya tahan.
6.Setelah sampai tujuan, segera keluarkan burung dari wadahnya dan berikan lagi multivitamin setelah diberi makan dan minum secukupnya. Pemberian multivitamin sangat penting untuk burung-burung yang menjalani transportasi untuk ikut lomba.


Ciri jantan dan betina - EKicau

Ciri jantan dan betina - EKicau

 Ciri jantan dan betina:






                                                                        

1.Ciri-ciri jantan bisa dilihat dari warna tubuhnya coklat agak tajam dan bulunya tebal. Begitu pula warna paruhnya hitam mengkilat. Jika bertemu burung sejenis muncul jambul dikepalanya agak panjang dan lebih gagah.
2.Branjangan betina warna bulunya agak kusam. Betina juga memiliki jambul, sehingga jangan terkecoh. Bedanya, jambul betina lebih pendek. Volume suaranya sama-sama keras, namun suara betina terputus-putus dan kurang variasinya.
3.Untuk membedakan jenis kelamin branjangan, bisa juga dilihat dari paruhnya. Pada branjangan jantan, paruh bagian bawah terlihat putih atau terang sementara yang betina terlihat gelap atau hitam atau kecoklatan.

Mengenal Burung Branjangan - EKicau


Mengenal Burung Branjangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Burung branjangan merupakan salah satu burung kicauan yang pandai menirukan suara burung lain, meskipun sesungguhnya suara alasan (lagu aseli burung itu di alam) hanya terdiri dari tiga potongan lagu utama, yakni “tit” “cek” atau “cik” dan “tir”. Keistimewaan branjangan yang tidak dimiliki burung lain adalah kemampuannya berkicau sembari hovering (terbang di tempat). Di alam bebas, burung ini suka terbang secara memanjat (terus membumbung ke atas) sembari berkicau sampai tidak terlihat, dan tiba-tiba sudah meluncur sampai di tanah.


Habitat

Branjangan memiliki kerabat begitu banyak. Termasuk Alaudidae dengan 75 jenis dalam kerabatnya. Burung ini termasuk burung tanah, yang dalam istilah asingnya ’bushlark’ yang artinya burung semak kecil yang periang. Makanan utamanya biji-bijian, padi, serangga, dan pucuk tanaman muda. Jika sudah musim berkembang biak tiba, pada bulan Maret hingga September, dan masa puncak dari mulai Maret sampai Agustus, branjangan cepat sekali melakukan perkawinan dan bertelur hampir tiap bulan.

Di habitatnya branjangan menyukai tempat-tempat yang kering di kawasan tanah gersang atau setengah kering, rumput, stepa, kawasan berbatu karang dan gunung pasir. Biasanya di Jawa jika musim tebang tebu dan musim petik kedelai, branjangan selalu muncul dan membuat sarang di tempat-tempat kering dan bebatuan. Kicauannya yang nyaring dan kadang dengan gayanya yang ngelepr menjadi hiburan tersendiri bagi petani tebu.

Burung branjangan menyukai tempat-tempat yang kering di kawasan tanah gersang atau setengah kering, rumput, stepa, kawasan berbatu karang dan gunung pasir. Burung petengger (passerin) di atas batu ini, berasal dari benua Asia dan Afrika. Di Indonesia branjangan mudah berkembang di daerah Jawa, Irian Jaya, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara dan Bali. Salah satu jenis branjangan yang biasa dikenal di kalangan mania burung di Indonesia adalah Mirafra Javanica.

Ciri berdasar daerah asal

Saat ini Branjangan yang kita temui di pasaran sedikit sekali yang berasal dari tanah Jawa, yang terkenal dengan burung branjangannya yang baik. Namun saat ini branjangan yang ada di pasar banyak berasal dari daerah Nusa Tenggara maupun Sumatra.

Di kalangan penghobi burung Indonesia, branjangan yang populer adalah yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya khususnya Jawa Tengah (Petanahan dan Kali Ori) dan Jogja (daerah Wates). Burung dari kawasan ini memiliki ciri-ciri yang disukai penggemar branjangan. Antara lain adalah mental yang baik, body yang besar dan volume suara yang keras dan variasi suara yang beragam, serta corak batik atau warna yang menarik, kemerahan atau kekuningan.

Di Pulau Jawa, branjangan dibagi dalam beberapa daerah penyebaran, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Untuk wilayah Jawa Barat maka yang menjadi maskot bagi penggila Branjangan adalah yang berasal dari daerah Sapan. Burung dari daerah Sapan terkenal dengan suaranya yang nyaring melengking dan kristal, jambul juga menjadi ciri khas burung ini. (jambul patent).

Branjangan dari daerah Sapan jika dilihat dari fisiknya tidak terlalu besar hanya seukuran 12-13 cm. berbeda jika dibandingkan dengan branjangan dari daerah Jawa Tengah yang dapat mencapai ukuran tubuh 12-14 cm. Pola batik burung dari daerah Sapan cenderung berpola lebih gelap dengan corak batik yang berwarna hitam hampir serupa dengan branjangan yang berasal dari daerah NTB dan Sumbawa.

Sementara itu branjangan dari Sri Kayangan, Kulonprogo (Wates) berdaya tarik tinggi karena ciri fisik yang lebih besar dan memiliki warna dan pola batik yang lebih menarik. Sedangkan branjangan dari Nusa Tenggara mempunyai corak warna bulu yang lebih pekat. Ukuran tubuhnya juga tidak sebesar jenis branjangan dari daerah lain, seukuran 10-12 cm.
Karakter burung branjangan:
                                                                                                                                      
1.Di alam bebas, burung ini suka terbang secara memanjat sembari berkicau sampai tidak terlihat dan tiba-tiba sudah meluncur hingga ke tanah.
2.Di habitatnya branjangan menyukai tempat-tempat yang kering di kawasan tanah gersang atau setengah kering, rumput, stepa, kawasan berbatu karang dan gunung pasir. Biasanya di Jawa jika musim tebang tebu dan musim petik kedelai, branjangan selalu muncul dan membuat sarang di tempat-tempat kering dan bebatuan.
3.Lebih suka suka berada di permukaan tanah/pasir dibandingkan bertengger di ranting maupun ketinggian.
4.Lebih senang berjalan maupun berlari dibandingkan dengan meloncat berpindah dari ranting satu ke ranting lain.
5.Kicauannya yang nyaring dan kadang dengan gayanya yang ngelepar menjadi hiburan tersendiri bagi petani tebu.
6.Pada saat musim kawin dan birahi, burung ini sering terlihat terbang tinggi vertical sambil berkicau merdu untuk menarik lawan jenisnya.


Terima kasih Semoga Bermanfaat .

Salam EKicau .
Membedakan Lovebird Jantan dan Betina - EKicau

Membedakan Lovebird Jantan dan Betina - EKicau

Membedakan Lovebird Jantan dan Betina

Sexing lovebird berdasarkan perbedaan perilaku

images1 
Lovebird yang sering ditangkar di berbagai negara, termasuk Indonesia, umumnya berasal dari jenis muka salem (Agapornis roseicollis), kacamata fischeri (Agapornis fischeri), dan kacamata topeng (Agapornis personatus). Namun ketiga jenis lovebird ini sulit dibedakan jenis kelaminnya. Beberapa orang mencoba membuat panduan sexing berdasarkan katuranggan, seperti bentuk kepala, ukuran tubuh, dan bentuk paruh. Ada juga sexing lovebird berdasarkan perbedaan perilaku antara burung jantan dan betina, seperti akan dijelaskan Om Kicau dalam artikel kali ini.
Perlu diketahui, lovebird terdiri atas sembilan spesies. Enam di antaranya bersifat monomorfik, yaitu burung jantan dan burung betina memiliki penampilan yang sama, terutama warna bulu, sehingga sulit dilakukan sexing melalui pengamatan mata.
Selain tiga spesies terpopular seperti disebutkan di atas, tiga spesies lain yang termasuk monomorfik adalah kacamata nyasa (Agapornis lilianae), kacamata pipi hitam (Agapornis nigrigenis), dan lovebird kerah hitam (Agapornis swinderniana).
Sedangkan tiga spesies lovebird bersifat dimorfik, sehingga burung jantan dan betina bisa dibedakan dari warna bulunya. Ketiga spesies yang bersifat dimorfik adalah lovebird madagascar (Agapornis canus), lovebird muka merah (Agapornis pullaria), dan lovebird abyssinian (Agapornis taranta). Tiga spesies tersebut tidak termasuk dalam pokok bahasan artikel ini.
Sebagai tambahan, muka salem dan kerah hitam termasuk jenis lovebird non-klep / non-eyering. Selebihnya merupakan lovebird kacamata / klep (eyering), di mana bagian mata dikelilingi cincin / ring berwarna putih. Info selengkapnya mengenai jenis-jenis lovebird bisa dilihat di Halaman Burung Lovebird.
Sexing atau menentukan jenis kelamin
Sejauh ini, belum ada metode sexing lovebird yang paling akurat kecuali melalui tes DNA. Beberapa penangkar mencoba mengembangkan metode sexing berdasarkan katuranggan tertentu, misalnya postur betina sedikit lebih besar dan lebih kekar daripada jantan, bulu jantan lebih terang daripada betina, dan sebagainya.
Ada lagi yang menggunakan metode perabaan pada tulang pelvic, atau supit udang di bawah kloaka, di mana burung betina mempunyai supit udang yang lebih longgar daripada burung jantan. Namun, dalam praktiknya, semua itu tidak mudah diterapkan di lapangan. Hasilnya pun tidak bisa menjamin 100 persen benar.
Meski demikian, melalui pengalaman bertahun-tahun, setiap penangkar biasanya menemukan cara tersendiri dalam melakukan sexing. Beberapa penangkar Belanda bahkan melakukan sexing berdasarkan pengamatan perilaku antara lovebird jantan dan betina.
Sexing berdasarkan perbedaan perilaku burung jantan dan betina ini sesuai dengan hasil penelitian Wessel van der Veen yang dimuat dalam website ethologie.nl. Wessel melakukan penelitian ini dengan menyebar formulir online kepada para penangkar.
Formulir berisi daftar pertanyaan tentang perilaku lovebird jantan dan betina dalam kandang masing-masing.  Tercatat ada 73 formulir yang masuk, tiga di antaranya disingkirkan karena memuat data lovebird yang sama, sehingga yang dianalisis hanya 70 formulir saja.
Data awal yang masuk
Berdasarkan data awal yang masuk, ada 30 ekor (43%) lovebird yang diketahui jenis kelaminnya, terdiri atas 19 ekor jantan (27%) dan 11 ekor betina (16%). Selebihnya, 40 ekor (57%), tak diketahui jenis kelaminnya. Karena itu, hanya 30 ekor yang diteliti lebih lanjut, terutama mengenai beberapa perilaku mereka.
Adapun umur lovebird yang diteliti bervariasi, mulai dari 10 minggu sampai 13 tahun. Sebanyak 28% berumur kurang dari 1 tahun, 52% berumur kurang dari 2 tahun, 73% berusia kurang dari tiga tahun, dan hanya 15% yang berumur lebih dari 5 tahun.
Umur lovebird secara signifikan memiliki hubungan dengan salah satu perilaku, yaitu masturbasi, di mana hal ini sering dilakukan lovebird yang berumur tua.
Sedangkan spesies lovebird yang diteliti terdiri atas 40 ekor Agapornis roseicollis (57%), 20 ekor Agapornis personatus (29%), 7 ekor Agapornis fischeri (10%), dan 3 ekor dari spesies lain (4%).
Perilaku dan jenis kelamin
Karena jumlah lovebird yang diketahui jenis kelaminnya berjumlah 30 ekor, mereka inilah yang paling tepat untuk ditelisik perilakunya. Dalam tabel, burung jantan dimasukkan dalam kolom Jantan (warna biru muda), sedangkan betina dimasukkan dalam kolom Betina (pink).
Tetapi yang belum diketahui jenis kelaminnya tetap dilibatkan dalam penelitian ini, dan dimasukkan dalam kolom Unsexing. Selanjutnya, Anda bisa melihat 10 tabel yang berisi hasil penelitian, yang sebagian dapat dijadikan referensi dalam membedakan jenis kelamin lovebird.
Di bawah tabel terdapat nilai chi kuadrat (X2) dan nilai p atau standar deviasi untuk mengetahui efek nyata (signifikansi) atau tidak dari setiap perbedaan perilaku yang diteliti. Efek dianggap signifikan jika nilai p lebih kecil dari 0,05. Semua efek yang signifikan telah divalidasi menggunakan metode penghitungan ulang nilai p melalui Prosedur Monte Carlo.
Pengamatan perilaku yang dilakukan Wessel van der Veen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Sexing sebelum burung dijodohkan
  • Perilaku menggigit objek / benda dalam kandang
  • Posisi kaki saat bertengger
  • Perilaku masturbasi
  • Bulu ekor
  • Perilaku makanan
Kelima jenis perilaku ini bisa membantu kita dalam menentukan jenis kelamin sebelum burung kita satukan dalam kandang.
2. Sexing setelah burung berjodoh
  • Perilaku membawa bahan sarang
  • Buka sayap sebelum kawin
  • Menggaruk kepala sebelum kawin
  • Aktivitas mengerami telur
  • Memberi makanan kepada anakan
Mungkin Anda akan bertanya, untuk apa melakukan sexing untuk lovebird yang sudah berjodoh? Sexing tetap diperlukan, karena bisa digunakan untuk membuat data indukan. Suatu saat, jika ingin memisahkan pasangan tertentu, Anda tinggal menjodohkan ulang dengan LB jantan / betina lainnya berdasarkan data induk jantan dan data induk betina yang sudah Anda miliki.
Berikut ini hasil penelitian Wessel van der Veen berdasarkan 10 perbedaan perilaku antara lovebird jantan dan lovebird betina.
Perilaku menggigit objek dalam kandang
Perilaku menggigit pada lovebird

Pada tabel terlihat bahwa lovebird betina lebih sering menggigit objek secara langsung. Pengertian menggigit secara langsung adalah begitu melihat / mengetahui benda di dalam kandang, misalnya kayu atau mainan yang bisa digigit, burung akan mendekati dan langsung menggigit.
Sebab ada juga lovebird yang tak langsung menggigit, tetapi menyentuh terlebih dulu, meraba-raba dengan paruhnya, membaui, dan baru menggigit. Lovebird jantan umumnya menggigit tidak secara langsung.
Pengamatan perilaku menggigit objek di dalam kandang ini memiliki standar deviasi (p) 0,004, atau lebih kecil daripada 0,05, sehingga hasilnya sangat signifikan dan bisa dijadikan salah satu patokan dalam membedakan jenis kelamin lovebird.
Posisi kedua kaki saat bertengger
Kaki lovebird saat bertengger

Ketika lovebird bertengger, apalagi dalam posisi beristirahat, Anda bisa mengamati bagaimana jarak kedua kakinya dan bandingkan dengan lebar bahunya. Pada lovebird betina, jarak kedua kaki agak longgar, atau kira-kira selebar bahunya.
Sedangkan pada lovebird jantan, jarak kedua kaki cenderung rapat atau lebih sempit daripada lebar bahunya. Hasil penelitian perilaku ini cukup akurat, mengingat standar deviasi (p) kurang dari 0,001, atau lebih kecil daripada 0,05 sehingga sangat signifikan.
Perilaku masturbasi
Perilaku masturbasi pada lovebird

Objek dalam kandang adalah benda apa saja yang ada dalam kandang, misalnya tenggeran, jeruji kandang, dan sebagainya. Hasil penelitian perilaku ini menunjukkan, lovebird betina lebih sering melakukan masturbasi daripada LB jantan.
Namun data yang terkumpul kurang lengkap, karena banyak penangkar yang tidak mengamatinya. Akibatnya standar deviasi yang dihasilkan sangat besar (0,710), jauh di atas 0,05, sehingga hasilnya sangat tidak signifikan, dan tidak bisa dijadikan patokan dalam penentuan jenis kelamin lovebird.
Hasil ini juga sejalan dengan pendapat para ahli parrot, bahwa perilaku masturbasi lebih berkaitan dengan umur lovebird, di mana burung yang sudah tua akan lebih sering melakukan hal ini, terutama yang tidak memiliki pasangan. Namun burung tua yang sudah punya pasangan pun terkadang masih sering melakukan masturbasi.
Bulu ekor
Bulu ekor lovebird jantan dan betina

Dalam beberapa literatur, bulu ekor lovebird jantan biasanya meruncing di bagian ujung. Sedangkan bulu ekor pada betina lebih mengembang, sehingga bagian ujung ekor terlihat lebih rata.
Dari tabel di atas terlihat, lovebird betina sering mengembangkan bulu ekornya daripada LB jantan, sehingga ujung ekor tidak mruncing. Sayangnya, banyak penangkar yang tak pernah mengamatinya. Akibatnya, standar deviasi yang dihasilkan cukup besar (0,130), jauh di atas 0,05, sehingga hasilnya bisa dikatakan tidak signifikan.
Perilaku memberi atau menerima makanan
Perilaku makanan pada lovebird

Lovebird jantan terlihat lebih sering memberi makanan kepada pasangannya. Standar deviasi kurang dari 0,001 menunjukkan bahwa penelitian tentang perilaku makanan ini sangat signifikan, dan dapat dijadikan salah satu patokan dalam menentukan jenis kelamin lovebird.
Patokan ini terutama dapat digunakan ketika Anda menangkar lovebird dalam kandang koloni, lalu menemukan pasangan yang sudah berjodoh. Nah, pada burung yang sudah berjodoh inilah Anda bisa menentukan mana yang jantan dan mana betina melalui pengamatan perilaku memberi dan menerima makanan.
Apabila patokan ini Anda gunakan dalam kandang soliter, dan Anda benar-benar belum mengetahui mana yang jantan dan betina, masih ada kemungkinan kedua burung dalam kandang adalah sama-sama betina, atau sama-sama jantan.
Meski burung kelihatannya berjodoh, bahkan sering loloh-lolohan, salah satu dari pasangan sesama jenis kelamin ini akan menunjukkan perilaku sebagaimana burung betina, dan yang satu lagi akan menunjukkan perilaku sebagaimana burung jantan. Hal ini tak mungkin dijumpai dalam kandang koloni, di mana lovebird dengan nalurinya tidak akan salah memilih calon pasangannya.
Perilaku membawa bahan sarang
Perilaku lovebird membawa bahan sarang

Perilaku lovebird jantan dan betina saat membawa bahan sarang ke kotak sarang ternyata menarik untuk diamati. Ada yang sibuk mengangkut bahan sarang sepanjang waktu, bahkan terlihat seperti stres. Tetapi ada juga yang melakukannya secara lebih santai. Bahkan ada juga lovebird yang tidak mau membawa bahan sarang ke kotak sarang.
Berdasarkan penelitian ini, ternyata lovebird jantan dan betina sama-sama terlihat membawa bahan sarang untuk disusun di dalam kotak sarang. Burung betina lebih sering sibuk sepanjang waktu dan seperti terlihat stres. Mungkin ini merupakan bentuk pertanggungjawabannya untuk telur-telur yang akan dikeluarkannya.
Tetapi standar deviasi dalam penelitian ini cukup besar (0,090), melebihi 0,05, sehingga perbedaan perilaku membawa bahan sarang antara lovebird jantan dan betina tidak terlalu signifikan, dan tidak bisa dijadikan patokan utama dalam membedakan jenis kelamin lovebird.
Perilaku membuka sayap sebelum kawin
Buka sayap sebelum kawin

Beberapa saat menjelang kawin, sebagian besar lovebird betina maupun lovebird jantan sama-sama sering terlihat membuka sayapnya. Hanya saja, lovebird betina terlihat lebih sering membuka sayap daripada jantan.
Standar deviasi yang dihasilkan sebesar 0,046, atau lebih kecil daripada 0,05, sehingga perbedaan perilaku ini cukup signifikan. Perilaku buka sayap sebelum kawin bisa diamati dalam kandang koloni maupun kandang soliter, untuk keperluan membuat data indukan.
Catatan: Sebenarnya lebih tepat mengamati posisi burung saat kawin. Burung jantan pasti di atas (he.. he..) Ini bisa diamati dalam kandang koloni maupun soliter.
Perilaku menggaruk kepala sebelum kawin
Lovebird menggaruk kepala pasangannya

Sebelum kawin, terkadang lovebird sering menggaruk kepala pasangannya. Tetapi perilaku ini lebih sering ditampilkan lovebird jantan. Perbedaan perilaku ini sebenarnya juga signifikan, karena standar deviasi hanya 0,037 atau lebih kecil daripada 0,05.
Anda juga dapat menjadikan tengara ini sebagai pendukung sexing lovebird di dalam kandang koloni maupun kandang soliter, terutama untuk pembuatan data indukan yang akan bermanfaat di kemudian hari.
Aktivitas mengerami telur
Aktivitas mengerami telur lovebird

Hampir semua literatur menyebutkan, hanya lovebird betina yang mengerami telur-telurnya. Tapi dalam penelitian ini dilaporkan ada dua ekor lovebird jantan yang ikut mengerami telurnya. Wessel menduga, kedua penangkar melihat burung jantan masuk ke dalam sarang dan keliru menafsirkan bahwa burung jantan ikut mengerami telur-telurnya.
Yang pasti, lovebird betina lebih sering mengerami telur-telurnya (68%). Ada juga induk betina yang tidak mau mengerami telurnya, karena adanya beberapa faktor pemicu, meski dalam penelitian ini jumlahnya relatif sedikit (21%). Secara keseluruhan, perbedaan perilaku dalam mengerami telur ini sangat signifikan, karena standar deviasi tercatat 0,025 atau lebih kecil daripada 0,05.
Pengamatan ini bisa dilakukan baik di dalam kandang koloni maupun kandang soliter, dengan tujuan utama untuk pembuatan data indukan.
Perilaku memberi makanan kepada anakan
Aktivitas lovebird memberi makan anaknya

Lovebird jantan dan betina sebenarnya sama-sama memberikan makanan kepada anak-anaknya. Dalam penelitian ini, hanya ada seekor lovebird jantan yang tak mau memberikan makanan kepada anaknya.
Namun perbedaan perilaku ini sangat tidak signifikan, karena standar deviasi 1,000, sehingga tidak bisa dijadikan patokan dalam penentian jenis kelamin lovebird.
Kesimpulan
Beberapa perilaku lovebird jantan dan betina menunjukkan perbedaan yang begitu besar, meski sampel yang digunakan relatif sedikit (30 ekor). Ada tiga perilaku yang memiliki perbedaan besar dan bisa dijadikan patokan utama dalam sexing lovebird, yaitu :
  • Lovebird betina lebih sering menggigit benda secara langsung.
  • Lovebird jantan lebih sering memberikan makanan, sedangkan lovebird betina lebih sering menerima makanan.
  • Pada lovebird jantan, posisi kedua kaki lebih rapat daripada burung betina.
Perilaku tertentu sebelum kawin seperti membuka sayap, atau menggaruk kepala pasangannya, mungkin kurang cocok diterapkan sebagai patokan sexing untuk LB yang belum dimasukkan dalam kandang atau belum berjodoh.
Namun perilaku seperti ini tetap dapat dilakukan untuk burung yang sudah berjodoh, baik di dalam kandang koloni maupun kandang soliter, terutama untuk pembuatan data induk jantan dan induk betina.
Sebagai penutup, Om Kicau hanya ingin menyimpulkan, bahwa beberapa perilaku lovebird jantan dan betina memiliki perbedaan yang signifikan dan dibuktikan Wessel melalui uji statistik. Tetapi, apakah hasil penelitian ini bisa diterapkan 100%, ini masih perlu dipertanyakan.
Anda bisa mencoba melakukan sexing melalui beberapa perbedaan perilaku yang signifikan saja. Itu pun masih butuh pembuktian terus-menerus, sehingga bisa mengasah keterampilan Anda dalam membedakan jenis kelamin lovebird.
Sebagai panduan, tidak ada salahnya untuk mencoba. Tetapi, bagaimana pun, sexing lovebird paling akurat sejauh ini masih bertumpu pada pengamatan endoskopi atau tes DNA.
Semoga bermanfaat.

http://lovebirdku.wordpress.com
PASAR JATINEGARA- EKicau

PASAR JATINEGARA- EKicau




PASAR JATINEGARA
Kawasan Jatinegara termasuk daerah langganan banjir, termasuk dalam musibah banjir di Jakarta belum lama ini. Saat berita ini ditulis, aktivitas perdagangan burung di Pasar Jatinegara belum dibuka. Mungkin beberapa hari lagi sudah bisa berjalan normal kembali.
Berikut ini harga burung di Pasar Jatinegara yang dihimpun awal Januari lalu atau sebelum musibah banjir  terjadi:

JENIS BURUNG KISARAN HARGA
Ciblek semi Rp 30.000
Gelatik batu Rp 80.000
Kacer bahan Rp 200.000
MB Lampung MH Rp 400.000
Pentet Rp 80.000
Pleci buxtomi Rp 30.000
PrenjakRp 35.000