Mengenal Seputar Burung Murai Batu

Mengenal Seputar Burung Murai Batu

Oleh : Eki Rizki Andrian


  Murai Batu (Copsychus malabaricus) merupakan burung kicau paling populer. Burung ini termasuk ke dalam family Turdidae. Burng Murai Batu tersebar di seluruh pulau Sumatra, Semenanjung Malaysia, dan sebagian pulau Jawa.

Burung murai batu dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namun juga gaya bertarungnya yang sangat atraktif.

Jenis burung Murai Batu yang terbaik adalah Murai Batu Medan. Namun sayangnya, tindakan eksploitasi hutan yang berlebihan dan perburuan untuk kepentingan komersial membuat Murai Batu jenis ini semakin langka.

Ciri-ciri morfologis

Burung Murai Batu memiliki ukuran tubuh 14-17 cm, hampir seluruh tubuhnya berwarna hitam, kecuali bagian bawah badan berwarna merah cerah hingga jingga kusam. Terdapat sedikit semburat warna biru di bagian kepala. Dalam keadaan terkejut atau berkicau ekor panjang ditegakkan

Murai Batu dari Tanjung Redep, Kalimantan Timur menpunyai keunikan di bagian kepalanya yang bergaris putih memanjang ke belakang. Murai Kalimantan memiliki ekor lebih pendek dengan panjang sekitar 8-12 cm, sementara Murai Batu Sumatra 15-20 cm. Ciri khas Murai Batu Kalimantan lainnya adalah apabila berhadapan dengan jenisnya akan menggelembungkan bulu-bulu di sekitar dadanya sambil berkicau.

PakanMakanan umum Murai Batu adalah serangga kecil. Para peternak biasanya memberikan kombinasi pelet, kroto, jangkrik, ulat hongkong dan telur lebah. Murai Batu juga memakan poer atau voer yang banyak dijual di kios burung.

Seksing (usaha untuk mengetahui jenis kelamin)

Murai Batu jantan dibedakan dengan betina dari kicauan yang lebih aktif dan ekor lebih panjang. Jantan tidak bisa menoleransi adanya jantan lain di sekitar wilayahnya. Sementara betina sulit menerima jantan yang tidak dikenal. Biasanya penangkaran dilakukan dengan mengawinkan pasangan dari satu induk (incest).

Namun saat ini banyak pengemar burung berkicau di daerah Jawa sudah mulai berhasil menangkar Murai Batu silangan antara jenis Sumatra (Medan) dengan jenis kalimantan (Borneo)

Perawatan murai batu hampir sama saja dengan perawatan burung lainnya. Hanya saja, Anda harus bisa mengontrol karakter mentalnya yang mudah galak melalui makanan dan extra fooding.

Pola perawatan harian burung Murai Batu:                                                                                                                                             
  1. Pukul 07.00 pagi, sebelum burung dimandikan, angin-anginkan burung terlebih dahulu.
  2. Setiap hari bersihkan kandang, ganti atau tambahkan makanan dan minuman.
  3. Berikan Jangkrik 2-4 ekor pada cepuk EF (mangkuk),  jangan pernah memberikan Jangkrik secara langsung pada burung.
  4. Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam setiap hari, mulai pukul 08.00-11.00 WIB. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.
  5. Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit.
  6. Siang hari sampai sore sekitar pukul jam 10.00-15.00 WIB, burung dapat diperdengarkan suara master atau burung-burung master.
  7. Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali di teras, boleh dimandikan lagi bila perlu.
  8. Berikan Jangkrik 2 ekor pada cepuk EF.
  9. Jam 18.00 burung dapat kembali di perdengarkan suara master burung selama waktu istirahat sampai pagi hari.

Penanganan burung Murai Batu over birahi:                                                                                            
  1. Salah satu ciri-ciri burung Murai Batu yang sedang dalam masa birahi berlebih (over birahi) antara lain: agresif, bulu mengkorok, nglowo (sayap turun) dan mematuk ornamen sangkar.
  2. Pangkas porsi Jangkrik menjadi 3 ekor pada pagi hari dan 2 ekor pada sore hari.
  3. Lakukan pengembunan (jam 05.30-06.00 WIB).
  4. Berikan Cacing 2 ekor 2 kali dalam seminggu.
  5. Frekuensi mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi, siang dan sore.
  6. Lamanya penjemuran dikurangi menjadi 30 menit setiap hari.
  7. Waktu pengumbaran dibuat lebih sering dan lebih lama.

Penanganan burung Murai Batu dalam kondisi drop:                                                                          
  1. Tingkatkan porsi pemberian Jangkrik menjadi 5 ekor pada pagi hari dan 5 ekor pada sore hari.
  2. Tingkatkan porsi pemberian Kroto menjadi 3 kali dalam seminggu.
  3. Berikan Kelabang 2 ekor seminggu sekali.
  4. Mandi dibuat 2 hari sekali saja.
  5. Burung segera diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung Murai Batu lainnya.
  6. Lama penjemuran ditambah menjadi 2-3 jam setiap hari.   ingin tau lebih banyak : klick disini

seputar burung cipoh atau sirtu

Seputar perawatan burung Cipo atau sirtu

Memelihara burung sirpu atau cipo memang gampang-gampang susah ( gampang dipelihara susah bunyinya :P) tapi dengan rawatan yang konsisten serta pemberian makanan yang sesuai bisa membuat seekor sirtu bakalan menjadi gacor. berikut ini beberapa tips perawatan sirtu / cipo bakalan muda hutan hasil rangkuman beberapa sumber. 

Perawatan Cipo Bakalan muda hutan yang belum ngevoer. 

Untuk burung yang masih muda, proses pelatihan agar burung mau makan voer lebih mudah diterapkan juga proses adaptasi burung bisa lebih cepat dengan kata lain burung bakalan yang masih muda hutan masih bisa dibikin jinak dibandingkan dengan burung bakalan yang sudah dewasa. 
untuk perawatan harian serta proses pelatihan agar burung mau makan voer bisa dengan cara:

  • hari pertama burung dikasih full kroto dulu serta makanan tambahan berupa jangkrik atau serangga lain, hal ini untuk menjaga kondisi burung tetap segar dan fit juga mengenalkan cepuk makanan dan minuman kepada burung tersebut, jadi burung tahu bahwa itu adalah tempat makan dan minumnya sehari-hari. 
  • hari kedua cepuk makanan mulai diisi dengan voer setengahnya dan taburi kroto diatasnya.  jangan lupa juga makanan ekstranya berupa jangkrik atau ulat kandang. 
  • hari ketiga cepuk makanan mulai diisi dengan voer dengan porsi lebih banyak dari sebelumnya dan taburi kroto dengan porsi lebih sedikit dari sebelumnya. 
  • hari keempat voer dan kroto diaduk hingga merata dan juga makanan ekstra harus selalu disediakan yaitu jangkrik atau ulat kandang.
  • hari seterusnya voer dan kroto tetap diaduk hingga merata sampai kotoran si burung benar-benar berwarna hijau dan membentuk. 
catatan : untuk burung sirtu pemberian kroto setiap harinya lebih disarankan guna menjaga stamina dan kondisi si burung, karena burung sirtu jika tidak diberi kroto selama beberapa hari malah akan menjadi lemas dan berakhir dengan kematian. untuk mengganti pemberian kroto jika kroto susah didapatkan bisa dengan memberikannya UK ( ulat kandang ). 

Pemberian kroto setiap hari juga bisa merangsang burung bakalan untuk mengeluarkan suaranya. dan dengan pancingan suara burung sejenis yang diperdengarkan melalui MP3 juga bisa membuat burung  mengeluarkan suaranya.  dan biasanya jika burung sirtu sudah mengeluarkan suara pamungkasnya yaitu siiiiiiir....tuuu atau ciiiiiii....poow .. maka burung sirtu dikemudian hari akan bertambah gacor.  tapi kalau burung anda masih belum berbunyi pancinglah terus dengan suara burung sejenis yang diputar dengan suara pelan tapi terdengar jelas. karena bagaimanapun burung sirtu sebenarnya burung yang mudah bunyi jika mendengar suara burung sejenisnya memanggil seperti halnya di hutan-hutan dan di habitatnya. 

Membedakan burung sirtu jantan dan betina
Pada burung jantan ukuran tubuh biasanya lebih panjang dari burung betina.
warna lidah bagian dalam pada burung sirtu jantan berwarna hitam. 
Burung jantan mempunyai suara yang lebih bervariasi dibandingkan dengan burung betina.
Warna bulu pada burung jantan lebih tegas dan tajam dibanding burung betina.

Suara
Burung sirtu jantan sebenarnya memiliki banyak variasi suara, oleh karena itulah banyak penggemar burung kicauan memaster burung ini dengan burung ciblek, prenjak, gelatik batu, dan juga parkit. sementara untuk burung betina lebih cenderung ke Nge'krak' dan suara lain yang monoton.

Mengenal burung cucak hijau

Cucak Hijau

Cucak Hijau / Cucak Ijo adalah salah satu burung ocehan yang tidak bisa kita remehkan. Meski pamornya di Bandung masih redup (dikelas latber jarang diadakan,meskipun diadakan masih sedikit pesertanya).Namun kabarnya di lomba burung berkicau di beberapa daerah, kelas yang dibuka untuk burung ini selalu penuh. Bahkan sudah banyak transfer Cucak Hijau Jawara dengan nilai sangat fantastis dan harga bakalan yang terus melambung tinggi.

Walaupun nama umum adalah cucak hijau atau cucak ijo, namun burung ini bukanlah keluarga merbah atau cucak-cucakan. Burung cucak hijau sama sekali bukan satu suku dengan cucakrowo atau cucak jawa misalnya. 
Yang biasa kita sebut cucak hijau ini memiliki nama ilmiah Chloropsis sonnerati. Dia adalah burung cica-daun besar dengan seluruh badan dominan dengan warna hijau. Chloropsis sonnerati termasuk ke dalam suku Chloropseidae, berkerabat dekat dengan burung cipoh (Aegithina spp.). Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal sebagai Greater Green Leafbird.
Jenis-jenis cica-daun juga dikenal dengan sebutan umum burung daun, atau murai daun.
Bertubuh sedang, dengan panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 22 cm.
Seperti umumnya cica-daun, seluruh tubuh didominasi warna hijau terang (hijau daun), termasuk sayap dan ekor; sementara pipi dan tenggorokan burung jantan berwarna hitam berkilau.
Perbedaan dengan cica-daun yang lain adalah adanya warna (noktah) biru pada bahu burung jantan. Burung betina dengan tenggorokan kuning dan lingkaran mata kuning. Kedua jenis kelamin memiliki sepasang setrip malar biru berkilau di sisi dagunya.
Iris mata berwarna coklat gelap, paruh tebal hitam, dan kaki abu-abu kebiruan.
Jenis burung ini kadang bersikap agresif terhadap jenis lain yang berukuran lebih kecil. Saat berkicau, cica-daun besar akan menundukkan kepala. Makanannya adalah aneka serangga dan buah-buahan hutan.

Cica-daun besar menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra dan pulau-pulau di sekitarnya, Kalimantan termasuk pula Natuna, Jawa dan Bali. Tersebar luas tetapi tidak umum didapati, di hutan-hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1.000 m dpl.

Cica-daun adalah jenis burung Oriental (Asia) yang penyebarannya tidak melewati Kalimantan di sebelah timur. Beberapa jenisnya yang terdapat di Indonesia, selain cica-daun besar, adalah:
  • Cica-daun kecil (C. cyanopogon); sangat mirip cica-daun besar, hanya ukurannya lebih kecil (17 cm) dan tidak punya bercak biru di bahu.
  • Cica-daun sayap-biru (C. cochinchinensis); sayap dan ekor tersaput warna biru. 17 cm.
  • Cica-daun dahi-emas (C. aurifrons); dahi kekuningan pada yang jantan. 19 cm.
  • Cica-daun sumatra (C. venusta); paling kecil, 14 cm. Dahi dan sisi kepala biru terang (jantan), tenggorokan biru terang (betina).
Karakter dasar burung jenis ini adalah :
  • Semi fighter. Burung ini bukanlah burung petarung murni, daya tarung yang ada pada burung ini cenderung akibat tingkat birahi pada level tertentu yang akan membuat burung ini menjaga daerah teritorialnya.
  • Takut gelap. Burung Cucak Hijau tidak suka gelap dan gampang panik apabila berada pada lingkungan atau suasana yang gelap. Hindari menempatkan burung ini pada tempat yang gelap, apalagi membawanya pada malam hari. Karena akan mengakibatkan burung ini akan panik, nabrak ruji kurungan, bulunya rontok dan dapat menjadi stress.
  • Sangat cerdas, gampang menirukan tapi sangat gampang lupa. Dalam kondisi normal, burung ini dapat merekam suara isian yang ada disekitarnya dengan sangat cepat. Sangat mudah di master, tetapi apabila dalam kurun waktu tertentu tidak mendengar suara-suara master yang sudah ada, maka dengan gampang hilang dari memorinya.
  • Mudah jinak. Karena kemampuan beradaptasinya yang tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada manusia. 
Demikian sekilas mengenai Cucak Hijau, semoga bermanfaat untuk kita semua. 
    Terima kasih Akang / Mojang, atas waktu yang luang sekedar bertandang, bila berkenan berikan kritik dan saran.